Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan Bagian V
Professor Carl Ernst, guru besar studi Islam di Universitas Carolina utara Amerika mengatakan, "Para Nabi adalah individu yang dijaga oleh Tuhan dari penyelewengan dan kekeliruan. Karena jika tidak demikian, maka mereka tidak mungkin menjadi guru moral dan agama bagi umat manusia. Hanya melalui wahyu Ilahi, hakikat serta pengetahuan murni terkait wujud, masa silam dan mendatang dunia diturunkan kepada manusia. Dengan argumentasi ini, munculnya seorang pemimpin agama yang besar seperti Muhammad Saw di tengah-tengah kegelapan jazirah Arab merupakan indikasi nyata dari kasih sayang Tuhan kepada manusia."
Carl Ernst banyak melakukan kajian keislaman dan saat ini tengah melakukan riset sejarah terkait Islam. Pola pandang Carl Ernst terhadap Islam lebih cenderung ke ara sufi. Ia meyakini tidak ada agama seperti Islam yang mendapat perlakuan zalim dan pandangan negatif Barat. Untuk mengubah cara pandang Barat terhadap Islam Carl Ernst kemudian menulis buku Following Muhammad: Rethinking Islam in the Contemporary World dan dicetak tahun 2002.
Carl meyakini Islam dewasa ini menghadapi serangan dari dua arah serta berada dalam sisi terjal. Dari satu sisi, Islam menghadapi serangan para orientalis Eropa dan Amerika baik itu dikarenakan kebodohan atau kepicikan mereka terhadap Islam dan berusaha mencitrakan Islam sebagai agama yang buruk. Di sisi lain, di negara-negara Islam berbagai kelompok radikal seperti al-Qaeda, Taliban dan Wahabi tumbuh dan menjamur, di mana kelompok ekstrim Islam ini menjadi makanan empuk bagi propaganda media Barat. Dalam hal ini yang dirugikan adalah ratusan juta muslim di dunia. Mereka ini tidak termasuk dalam kebudayaan modern Barat dan juga tidak mendapat tempat di ideologi ekstrim semisal Bin Laden.
Buku Following Muhammad disusun dalam empat bab. Bab ketiga buku ini berjudul Kitab Suci Islamyang membahas al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Di bab ini, pesan Carl kepada Barat adalah Kalian yang memandang Muhammad dengan kebodohan, padahal tidak ada umat Kristen dan Yahudi di awal Islam yang memiliki pandangan seperti ini. Penulis Amerika ini menulis, "Terkait kepribadian sempurna dan multidimensi Muhammad, tak pantas jika beliau kita bahas hanya dengan dasar sejumlah realita, sama seperti tak pantas ketika kita mengenalkan Isa al-Masih dengan membicarakan pekerjaan dan ayah serta ibu beliau."
Carl menambahkan, biarlah kita mengenal Muhammad melalui karya-karya seni. Karya seni seperti ini terkait Muhammad sangat banyak. Dalam sebuah karya kaligrafi kita menyaksikan tulisan seperti berikut "Wahai Muhammad, Kami tidak mengutusmu kecuali menjadi rahmat bagi alam semesta". Sebuah karya kaligrafi Arab lainnya berisi ucapanAli bin Abi Talib as, menantu Muhammad terkait nabi Islam ini. Ali as berkata, "Postur tubuh Muhammad sedang dan memiliki rambut ikal. Tubuhnya tidak gemuk dan wajahnya bundar serta bersih. Matanya hitam dan bulu matanya panjang. Ketika ia berjalan seperti seseorang yang turun dari atas bukit. Tanda-tanda kenabian tampak di bahunya... Wajahnya cerah bersinar bak rembulan di bulan purnama". Kata-kata Ali ini menunjukkan kepribadian dan posisi tunggal Muhammad. Di sisi Tuhan nabi Islam ini memiliki derajat yang tinggi. Ia adalah Muhammad sang Nabi yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta.
Carl di bukunya menambahkan, semua sepakat bahwa Muhammad adalah sosok penuh daya tarik dan terkenal sebagai orang terpercaya serta jujur. Maka tak heran ia diberijulukan al-Amin (yang terpercaya). Sejak masa mudanya Muhammad dipercaya sebagai penengah dan juri yang adil serta netral. Apa yang diajarkan Muhammad sangat menakjubkan dan penerang bagi manusia. Keistimewaan pesan ini adalah menjelaskan iman kepada Allah sebagai lawan dari kekafiran serta syirik. Muhammad secara transparan bangkit memperbaiki sendi-sendi moral di tengah masyarakat.
Dalam pandangan filsuf Barat ini, Muhammad sebagai pemimpin yang tangguh dan cakap tidak kontradiksi dengan Muhammad sebagai manifestasi rahmat bagi alam semesta. Al-Quran sebagai kitab suci Islam menyebut Muhammad sebagai panutan dan teladan kebaikan. Oleh karena itu, pengikutnya dengan teliti mempelajari sunnah dan arahannya serta memanfaatkannya sebagai petunjuk moral dan prinsip kehidupan.
Muhammad tidak pernah membeda-bedakan umatnya, baik itu orang biasa atau berpangkat, kaya atau miskin. Dengan sikapnya ini, Muhammad telah mengajarkan keadilan kepada umat manusia. Carl meyakini dari sekian banyak sifat-sifat terpuji Muhammad, hal ini juga tak boleh dilupakan bahwa ia juga manifestasi dan simbol keadilan dan kebebasan sosial. Iman dan spiritualitas Muhammad bukan saja membuat dirinya sebagai pembimbing moral, namun juga menjadikannya sebagai cahaya abadi yang senantiasa bersinar terang di dunia.
Carl Ernst meyakini munculnya revolusi agama di dunia modern saat ini sebagai jawaban atas pencitraan negatif Muhammad yang ditebar oleh para penulis Barat seperti Salman Rushdi. Ia menulis, "Transformasi terbaru menunjukkan kian berkembangnya rasionalisme ilmiah di negara-negara Islam dan mengindikasikan bahwa tidak boleh lagi sosok Muhammad ditampilkan sebagai tokoh setengah legenda yang memiliki kekuatan meramal. Muhammad kini dikenalkan kepada dunia sebagai reformis politik dan sosial yang memiliki wawasan luas dalam menghadapi penentangnya. Bahkan Muhammad berhasil membentuk sebuah masyarakat yang mampu menjadi teladan sempurna bagi umat manusia di atas bumi."
Isu perkawinan Nabi Muhammad juga menjadi pembahasan khusus di buku Following Muhammad. Penulis menilai aneh kritik terhadap perkawinan Muhammad. Ia menulis, "Umat Kristen, memanfaatkan kehidupan lajang Isa al-Masih as dalam propaganda anti perkawinan Muhammad. Mungkin doktrin dan penekanan umat Kristen terhadap keperawanan Sayidah Maryam dan sisi kehidupan beliau suci telah memaksa umat ini menolak perkawinan Muhammad. Padahal saat ini monastisme di Amerika Serikat dan Eropa sudah mulai pudar. Di masyarakat Barat dewasa ini di mana hiburan umum dan berbagai iklan penuh dengan gambar erotis, keheranan mereka terhadap perkawinan Muhammad tentu menimbulkan pertanyaan."
Carl menulis, "Realitanya adalah Muhammad seorang pemimpin berwibawa dan juga seorang suami serta ayah yang bersemangat dan penuh kasih sayang. Muhammad selama diangkat menjadi Nabi dan pemimpin politik juga tak lupa menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dan ayah. Ia sangat komitmen terhadap istri dan anak-anaknya. Setelah wafatnya Khadijah, Nabi Muhammad mengawini sejumlah perempuan. Sejumlah perkawinan beliau ini memiliki sisi politik, atau ditujukan untuk mempererat persatuan di antara suku. Meski menghadapi beragam kesulitan, Muhammad tetap konsisten menjalankan kewajiban sebagai seorang suami. Ini termasuk bagian utama dari kehidupan Muhammad."
Guru besar Universitas Carolina Amerika ini mengakhiri bukunya dengan menuangkan pandangannya sebagai berikut, "Muhammad di akhir kehidupannya memegang kendali sebagai pemimpin tertinggi dalam sebuah masyarakat yang besar. Ia yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta bersatu dengan seluruh kabilah di Semenanjung Arab. Lebih dari itu, ajaran-ajaran samawinya telah menjadi dasar bagi amal ibadah, prinsip-prinsip moral dan struktur sosial yang abadi sepanjang sejarah.
0 Response to "Rosulullah Dimata Para Cendikiawan Bagian V (Terakhir)"
Post a Comment