Rosulullah Dimata Para Cendikiawan Bagian IV

Love Muhammad SAW

Muhammad Dimata Cendikiawan Bagian IV


Jahiliyah modern sejak lama menarget para pembimbing dan pemberi petunjuk manusia khususnya Nabi Muhammad Saw. Terulangnya skenario ini di Eropa dan Amerika telah membuat khawatir cendikiawan yang memiliki wawasan luas. Mereka mempertanyakan Barat tengah bergerak ke mana? Sejujurnya mengapa pemerintah dan media massa Barat bersikeras menyerang akhlak dan nilai-nilai spiritual dengan cara yang tidak jantan?

Pada kesempatan ini kami akan menyoroti pandangan Annemarie Schimmel, ilmuwan Barat mengenai Nabi Muhammad. Annemarie Schimmel, (7 April 1922 – 26 January 2003) dikenal luas sebagai orientalis asal Jerman paling berpengaruh, yang banyak menulis tentang Islam dan sufi. Ia adalah professor di Harvard University pada tahun 1967 hingga 1992. Ia dilahirkan dari keluarga kelas menengah yang beragama protestan di Erfurt, Jerman. Ayahnya, Paul, adalah pekerja kantor pos, sedangkan ibunya, Anna, adalah keluarga pelaut dan perdagangan internasional. Schimmel mengingat ayahnya sebagai teman bermain yang sangat menyenangkan. Rumahnya dipenuhi dengan buku-buku seni dan literature lainnya meskipun orangtuanya bukan akademisi.

Dia mulai belajar di University of Berlin ketika umurnya baru 17 tahun, yaitu pada tahun 1939 semasa pemerintahan Nazi Jerman. Ia memperoleh gelar Doktor dalam bidang bahasa Arab dan peradaban Islam ketika berusia 19 tahun. Memasuki usianya yang ke 23 tahun yaitu pada 1946, ia menjadi professor dalam bidang bahasa Arab dan Studi Islam di University of Marburg, Jerman. Di Perguruan Tinggi inilah ia meraih gelar doctor yang kedua pada tahun 1954 dalam bidang sejarah agama-agama.

Titik perubahan kehidupan Schimmel datang pada tahun 1954 ketika ia ditunjuk sebagai professor dalam bidang sejarah agama di University of Ankara, Turki. Di sanalah ia menghabiskan waktu selama lima tahun untuk mengajar dan terjun langsung dalam budaya dan tradisi mistik Turki.

Pada tahun 1967 hingga 1992, ia menjadi staf pengajar di Harvard Universtiy dan menjadi professor emeritus dalam bidang kebudayaan Indo-Muslim. Ia juga menjadi professor kehormatan di University of Bonn. Schimmel juga telah mempublikasikan lebih dari 50 buku dalam bidang literature Islam, mistik dan kebudayaan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persia, Urdu, Arab, Sindhi.  Karya-karyanya dalam studi Islam, sufi, mistik, dan Muhammad Iqbal, mendapat penghargaan dari pemerintah Pakistan sebagai Sitara-e-Imtiaz atau Star of Excellence, dan Hilal-e-Imtiaz atau Crescent of Excellence. Ia juga dianugerahi berbagai macam penghargaan dari berbagai Negara di dunia. Di antaranya adalah Leopold Lucas Prize of the Evangelisch-Theologische Faculty of the University of Tubingen, dan nobel perdamaian dari the German Book Trade pada tahun 1995. Nobel ini menimbulkan kontroversi karena ia mendukung dunia Islam dalam memberikan hukuman mati kepada Salman Rushdie pada sebuah wawancara di televisi.

Profesor Annemarie Schimmel, pakar Timur Tengah termasuk ilmuwan Barat yang memiliki wawasan luas dan adil dalam memberikan penilaian. Ia meyakini bahwa umat Kristen tak pantas menyiksa umat Islam. Karena menurutnya, "Muhammad adalah Nabi yang paling berhasil memunculkan kebangkitan agama di muka bumi. Ia adalah teladan terbaik bagi manusia yang ingin menemukan jalan kebahagiaan. Sepanjang zaman, betapa banyak tokoh yang menghormati Muhammad dan bertawasul kepadanya. Muhammad menyandang gelar paling termulia. Nabi ini selamanya akan menjadi teladan kebaikan bagi kehidupan."

Pribadi-pribadi besar umat manusia biasanya dapat dikenal melalui dua metode. Salah satunya adalah ideologi dan pengaruhnya dalam setiap peninggalan serta karya mereka. Dalam hal ini seperti al-Quran, mukjizat besar dan agung Nabi Muhammad merupakan manifestasi dari kebenaran dan kepribadian spiritual beliau. Nabi Muhammad adalah sosok yang agung dan terpilih dengan kriteria spiritualnya yang tinggi di mana pemikirannya mampu mempengaruhi dunia.

Muhammad adalah sosok cemerlang di antara makhluk hidup dan ia senantiasa hidup karena pengaruh ideologinya dalam kehidupan manusia. Sementara itu, cendikiawan tidak dapat mengabaikan kebenaran Rasulullah. Schimmel dalam tulisannya menyebut Nabi Muhammad dengan kiasan "Matahari yang Bersinar Terang".

Dalam bukunya berjudul "Muhammad Rasulullah" Schimmel menulis, "Tuhan menyinarkan cahaya-Nya yang tidak terbatas  pada waktu dan tempat tertentudi dunia melalui perantara Muhammad. Ia (Muhammad) adalah cahaya penerang yang muncul dari alam ghaib. Cahaya ini pada mulanya berada dalam diri Adam as dan kemudian terpancar pada diri nabi-nabi setelahnya sampai ke Muhammad, cahaya tersebut mencapai kesempurnaan."

Kemudian Shimmel menggiring opini ke arah masalah ini bahwa meski setiap nabi mendapat cahaya ini, namun dalam posisi tertinggi ia tetap berstatus sebagai hamba dan makhluk Allah Swt. Sisi manusiawi Rasulullah selaras dengan hakikat spiritualnya. Para urafa dan sufi dalam berbagai ungkapan indahnya terilhami dari cahaya Muhammad dan memuji dimensi manusiawinya.

Professor  Shimmel dalam bukunya Muhammad Rasulullah menyayangkan kebencian dan permusuhan Barat terhadap utusan Tuhan ini. Dalam karyanya ini ia berusaha menampilkan dimensi manusiawi dan spiritual Nabi Muhammad. Shimmel pun memperbaiki pencitraan keliru Barat terhadap manusia suci ini dan Muhammad dikenalkannya sebagai seorang nabi yang yang diutus sebagai rahmat bagi alam semesta.

Shimmel di bukunya menulis, "Sosok yang diutus Tuhan untuk memberi petunjuk dan hidayah manusia haruslah memiliki sifat terpuji serta berkepribadian unggul. Muhammad sejak kecil terjaga dari tradisi rusak dan jahiliyah seperti penyembahan berhala. Ia pun jarang terlibat permainan dengan teman sebayanya. Sejatinya mengikuti Muhammad sangat penting dari sisi ini bahwa ia terjaga dari segala bentuk kesalahan dan tidak membiarkan kekotoran serta dosa menempel pada dirinya. Muhammad adalah pribadi sempurna yang berhasil mengendalikan hawa nafsu dan syahwatnya.  Selama mengarungi kehidupan, setiap detik dan waktu Muhammad melaksanakan ajaran Ilahi baik dengan berfikir atau secara praktis. Beliau pun memaksa syaitan tunduk pada tekad kuat dan membajanya. Nabi Muhammad tenggelam dalam berfikir dan mencari agama yang lebih muliasaat itu, hingga wahyu Ilahi turun kepadanya.  Keutamaan Muhammad tidak dimiliki oleh orang lain. Bahkan para ilmuwan menekankan untuk menghormati derajat tinggi Muhammad dan melarang membandingkannya dengan para raja atau politikus dunia."

Shimmel sangat terkesan dengan kebudayaan dan peradaban Islam dalam segala bentuk dimensinya. Ia meninggalkan karya lebih dari seratus buku dan artikel terkait budaya dan irfan Islam serta tokoh-tokoh yang menonjol agama samawi ini. Sejak tahun 1961 Shimmel mengajar studi keislaman di Universitas Bonn Jerman. Empat tahun kemudian ia dipercaya menduduki ketua bidang budaya Islam-India di Universitas Harvard dan pada tahun 1967 mulai mengajar irfan dan sastra Islam di universitas ini.

Ilmuwan terkemuka Jerman ini melalui berbagai riset ilmiahnya yang mendalam terkait budaya dan peradaban Islam menyebut Islam sebagai peninggalan berharga Muhammad dan di tengah iklim penuh polusi serta propaganda media Barat, Shimmel menyatakan, "Bagi saya sangat disayangkan petinggi Barat memandang Islam dengan pandangan negatif. Islam memiliki derajat tinggi yang harus dipandang secara detail. Agama yang dibawa Muhammad ini telah menarik hati jutaan manusia. Islam adalah agama perdamaian dan penuh ketenangan serta keadilan. Agama ini mengutuk keras terorisme dan pembunuhan terhadap sesama."

Profesor Shimmel selama mengajar dan melakukan risetnya mengungkapkan ketertarikannya kepada Nabi Muhammad melalui ibarat yang indah. Dalam pembukaan bukunya "Muhammad Rasulullah", Shimmel mengatakan, "Ini adalah karya empat tahun ketertarikan saya kepada kepribadian Muhammad.  Kerinduan saya untuk menghormati Muhammad dan ketinggian derajatnya menuntut saya untuk menulis sejumlah artikel. Penerbit Jerman mendorong saya untuk merangkai artikel yang ada dalam bentuk buku.

0 Response to "Rosulullah Dimata Para Cendikiawan Bagian IV"

Post a Comment